BAB I
PENDAHULUAN
Teori belajar behavioristik
adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner
tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman.
Teori ini lalu berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh
terhadap arah pengembangan teori dan praktik pendidikan
dan pembelajaran
yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada
terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar.
Teori
behavioristik dengan model hubungan stimulus-responnya, mendudukkan
orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon atau perilaku tertentu
dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan semata. Munculnya perilaku
akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan menghilang bila dikenai
hukuman.
Belajar
merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus
dan respon (Slavin, 2000:143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika
dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar
yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon
berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh
guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting
untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang
dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan
oleh guru
(stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar (respon) harus dapat diamati
dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab pengukuran merupakan suatu
hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya perubahan tingkah laku
tersebut.
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Beberapa prinsip dalam teori belajar behavioristik, meliputi:
(1) Reinforcement and Punishment; (2) Primary and Secondary Reinforcement; (3)
Schedules of Reinforcement; (4) Contingency Management; (5) Stimulus Control in
Operant Learning; (6) The Elimination of Responses (Gage, Berliner, 1984).
Tokoh-tokoh aliran behavioristik di antaranya adalah Thorndike, Watson, Clark Hull, Edwin Guthrie, dan Skinner. Berikut akan
dibahas karya dari Edwin Ray Guthrie aliran behavioristik dan analisis serta
peranannya dalam pembelajaran.
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti. Yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali
cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie
juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang
dilakukan mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat
terjadi. Penguatan sekedar hanya melindungi hasil belajar yang baru agar tidak
hilang dengan jalan mencegah perolehan respon yang baru. Hubungan antara
stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam kegiatan belajar peserta didik
perlu sesering mungkin diberi stimulus agar hubungan stimulus dan respon
bersifat lebih kuat dan menetap. Guthrie juga percaya bahwa hukuman (punishment)
memegang peranan penting dalam proses belajar. Hukuman yang diberikan pada saat
yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Saran utama dari teori ini adalah guru harus dapat mengasosiasi stimulus
respon secara tepat. Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus
dipelajari. Dalam mengelola kelas guru tidak boleh memberikan tugas yang
mungkin diabaikan oleh anak (Bell, Gredler, 1991).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Riwayat Edwin Ray Guthrie
Guthrie lahir pada 1986 dan
meninggal pada 1959. Dia adalah professor psikologi di university of Washington
dari 1914 dan pensiun pada 1956. Karya dasarnya adalah The Psycholoy of Learning, yang dipublikasikan pada 1935 dan
direvisi pada 1952. Gaya Tulisanya mudah diikuti, penuh humor, dan banyak
menggunakan banyak kisah untuk menunjukkan contoh ide-idenya. Tidak ada istilah
teknis atau persamaan matematika, dan dia sangat yakin bahwa teorinya atau
teori ilmiah apa saja harus dikemukakan dengan cara yang dapat dipahami oleh
mahasiswa baru. Dia sangat menekankan pada aplikasi praktis dari gagasanya dan dalam
hal ini mirip dengan Thorndike dan Skinner. Dia sebenarnya bukan
eksperimentalis meskipun jelas dia punya pandangan dan orientasi dan eksperimental.
Bersama dengan Horton, dia hanya melakukan satu percobaan yang terkait dengan
teori belajarnya, dan kita aakan mendiskusikan percobaan ini. Tetapi dia jelas
seorang Behavioris. Dia bahkan menggangap teoritisi seperti Thorndine,
Skinner,Hull,Pavlov dan Watson masih sangat subyektif dan dengan menerapkan
hukum Parsimoni secara hati-hati akan dimungkinkan untuk menjelaskan semua
fenomena belajar dengan menggunakan satu prinsip. Seperti yang akan kita
diskusikan di bawah satu prinsip ini adalah: Hukum asosiasi aristoteles karena
alasan inilah kami menepatkan teori behavioristik Guthrie dalam paradigma
asosiasionistik.
B. Konsep
Teoritis Utama
Pandangan
Guthrie Tentang Hukum Belajar
Hukum
belajar yang dikemukakan oleh Guthrie adalah hukum kontiguitas (law of
contiguity). Maksudnya adalah : “ kombinasi stimuli yang mengiringi gerakan
akan cenderung diikuti oleh gerakan itu jika kejadiaannya berulang”. Jadi, jika
pada situasi tertentu kita melakukan sesuatu, maka pada waktu lain dan
situasinya sama kita akan cenderung melakukan hal yang sama juga.
Hukum
tersebut diusulkan oleh Guthrie karena menganggap kaidah yang dikemukakan oleh
Thorndike dan Pavlov terlalu rumit dan berlebihan. Thorndike mengemukakan
bahwa, jika respons menemukan kondisi yang memuaskan maka koneksi S-R akan
menguat. Disisi lain Pavlov mengemukakan dengan hukum belajarnya dengan model
kondisional berupa CR-CS-US-UR. Unsur- unsur itulah yang dianggap oleh guthrie
berlebihan.
Pada
publikasi terahirnya sebelum meninggal, Guthrie sempat merevisi hukum
kontiguitasnya menjadi, “apa- apa yang dilihat akan menjadi sinyal terhadap
apa- apa yang dilakukan”. Alasannya karena terdapat berbagai macam stimuli yang
dihadapi oleh organisme pada satu waktu tertentu dan organisme tidak mungkin
membentuk asosiasi dengan semua stimuli itu. Organisme hanya akan memproses
secara efektif pada sebagian kecil dari stimuli yang dihadapinya, dan
selanjutnya proporsi inilah yang akan diasosiasikan dengan respons.
Stimuli yang
Dihasilkan oleh Gerakan
Meskipun
Guthrie menekankan keyakinannya pada hukum kontiguitas di sepanjang karirnya,
dia menganggap akan keliru jika kita menganggap asosiasi yang dipelajari
sebagaian hanya asosiasi antara stimuli lingkungan dengan prilaku nyata.
Misalnya, kejadian di lingkungan dan responsnya terkadang dipisahkan oleh satu
interval waktu, dan karenanya sulit untuk menganggap keduanya sebagai kejadian
yang bersamaan.
Guthrie
selanjutnya mengatasi problem tersebut dengan mengemukakan adanya
movement-product stimuli (stimuli yang dihasilkan oleh gerakan), yakni
disebabkan oleh gerakan tubuh. Contohnya, ketika mendengar telepon berdering
kita berdiri dan berjalan mendekati pesawat telepon. Sebelum kita sampai ke
pesawat telepon, suara deringan tersebut sudah tidak lagi bertindak sebagai
stimulus. Kita tetap bergerak karena ada stimuli dari gerakan kita sendiri
menuju pesawat telepon.
Mengapa Praktik latihan Meningkatkan
Performa ?
Untuk
menjawab pertanyaan ini, Guthrie membedakan antara act (tindakan) dengan
movement (gerakan). Gerakan adalah kontraksi otot; tindakan terdiri dari
berbagai macam gerakan. Tidakan biasanya didefinisikan dalam term apa- apa yang
dicapainya, yakni perubahan apa yang mereka lakukan dalam lingkungan. Sebagai
contoh tindakan, Guthrie menyebut misalnya mengetik surat, makan pagi, dll.
Adapun
untuk belajar tindakan membutuhkan praktik latihan. Belajar bertindak, yang
berbeda dari gerakan, jelas membutuhkan praktik sebab ia mengharuskan gerakan
yang tepat telah diasosiasikan dengan petunjuknya. Bahkan menurut Guthrie,
tindakan sederhana seperti memegang raket membutuhkan beberapa gerakan berbeda
sesuai jarak dan arah posisi subjek itu. Untuk itulah diperlukan sebuah
latihan, karena dengan menguasai sebuah tindakan tidak menjamin pada saat
waktu, jarak, dan posisi yang berbeda tindakan itu masih dapat dilakukan.
Sifat Penguatan
Apa yang menggantikan kekuatan dalam
teori Guthrie? Pada poin ini Gutrie menggunakan isu yang dibahas Thorndike,
ketika satu respons menimbulkan keadaan yang memuaskan, maka selanjutnya
terulangnya respons akan meningkat. Guthrie menganggap hukum efek tidak
dibutuhkan. Menurut Guthrie, reinformance (penguatan) hanyalah aransemen
mekanis, yang dianggap dapat dijelaskan dengan hukum belajaranya.
Gutrie menganggap, penguatan
mengubah kondisi yang menstimulasi, dan karenanya mencegah terjadinya
nonlearning. Misalnya, dalam kotak teka teki, hal yang dilakukan hewan sebelum
menerima satu penguat adalah menggerakkan satu tuas atau menarik cincin, yang
membuatanya bisa keluar dari kotak itu, dan seterusnya. Oleh karena itulah,
Guthrie dan Horton mengatakan, menurut pendapat mereka tindakan yang dilakukan
oleh kucing itu akan selalu sama, karena kucing itu menganggap itulah caranya
membebaskan diri dari kotak. Oleh karena itu, tidak memungkinkan adanya respons
baru yang dihubungkan dengan kotak tersebut.
Lupa
Menurut
Guthrie, lupa disebabkan oleh munculnya respons alternatif dalam satu pola
stimulus. Setelah pola stimulus menghasilkan respons alternatif, pola stimulus
itu kemudian akan cenderung menghasilkan respons baru. Jadi menurut Guthrie,
lupa pasti melibatkan proses belajar baru. Ini adalah bentuk retroactive
inhibition (hambatan retroaktif) yang ekstrem, yakni fakta bahwa proses belajar
lama diintervensi oleh proses belajar baru.
Untuk menunjukkan hambatan
retroaktif, contohnya sebagai berikut: Seseorang yang belajar tugas A dan
kemudian belajar tugas B lalu diuji untuk tugas A. satu orang lainnya belajar
tugas A, tetapi tidak belajar tugas B, dan kemudian diuji pada tugas A. secara
umum akan ditemukan bahwa orang pertama mengingat tugas A lebih sedikit
ketimbang orang kedua. Jadi, tampak bahwa mempelajari hal baru (tugas B) telah
mencampuri retensi dari apa yang dipelajari sebelumnya (tugas A).
Guthrie
menerima bentuk hambatan retroaktif ektrim ini. Pendapatnya adalah bahwa setiap
kali mempelajari hal yang baru, maka proses itu akan menghambat sesuatu yang
lama. Dengan kata lain, lupa disebabkan oleh intervensi. Tak ada intervensi,
maka lupa tidak akan terjadi.
C. Cara
Memutuskan Kebiasaan
Kebiasaan dalam teori Guthrie ini didefinisikan sebagai sebuah respon yang
diasosiasikan dengan beberapa stimuli yang berbeda. Untuk menghentikan
kebiasaan yang inappropriate ( tidak sesuai ) maka kebiasaan itu perlu diputus.
Untuk itu, perlu memutus pula hubungan antara asosiasi dengan 'cues' yang
memunculkan stimuli (rangsangan) dan respons. Ada tiga metode yang ditawarkan
oleh Gutrhrie untuk memutuskan kebiasaan yaitu metode ambang pintu ( threshold
methode ), metode yang kaku ( fatigue methode), dan metode respons tandingan
(incompatable respons methode).
Ringkasan
Tiga Metode memutus Kebiasaan:
Metode
|
Karakteristik
|
Contoh
|
Ambang Batas (threshold)
|
1. Mengenalkan
stimuli dengan kekuatan yang lemah. Secara perlahan meningkatkan kekuatan
stimuli, tetapi menjaganya dibawah respons batas minimal.
|
Memasang
pelana kuda : mulai dengan selimut yang ringan , kemudian selimut yang lebih
berat, baru kemudian pelana kuda.
|
Metode fatigue
(kelelahan)
|
" mengeluarkan
" semua respons dalam menghadirkan stimuli.
|
Melemparkan
pelana diatas kuda dan menaiki kuda samapai kuda meringkik, menendang, dan
berusaha sekuat tenaga untuk melempar orang yang menaikinya. (joki) : pelana dan joki menjadi stimulus untuk berjalan dan berlari
dengan tenang.
|
Metode respons tandingan (incompatable Respons Methode)
|
Memasangkan
stimulus (S1) yang menyebaabkan perilaku tidak sesuai (inapropiate) dengan
stimulus (S2) yang memunculkan respons-respons yang sesuai (apropiate),
perilaku yang sesuai diasosiasikan dengan stimulus (S2).
|
Untuk
menghentikan menghindar dan takut berlebihan, dengan memasangkan ketakutan
pada suatu objek ( seperti harimau mainan ) dengan sebuah stimulus yang
memunculkan perasaan hangat dan penuh kasih saying., seperti gambar seorang
ibu.
|
Berbeda dengan reinforcemen yang tidak terlalau berperan dalam proses
belajar , hukuman (punishment) mempunyai pengaruh penting mengubah perilaku
seseorang . punishment jika diberikan secara tepat dalam menghadirkan sebuah
stimulus yang memunculkan perilaku inappropriate, dapat menyebabkan subyek
melakukan sesuatu yang berbeda. Guthrie menjelaskan dengan mengambil contoh
seorang gadis yang setiap kali pulang sekolah selalau meletakkan tas dan sepatu
disembarang tempat setiap hari . kemudian sang ibu memerintahkan anaknya untuk
mengambil tas dan kaos kakinya dilantai kemudian keluar rumah dan kembali masuk
rumah serta langsung meletakkan pada tempatnya. Setelah tindakan itu
berkali-kali dilakukan setiap anaknya pulang sekolah dan meletakkan tas dan
kaos kaki sembarangan akhirnya perilaku meletakkan tas dan kaos kaki pada
tempatnya diasosiasikan dengan harus keluar rumah dan masuk kembali ke dalam
rumah.
Salah satu eksperimen yang dilakukan oleh Gutrie untuk mendukung teori
kontiguitas adalah percobaannya dengan kucing yang dimasukkan ke dalam kotak
puzel. Kemudian kucing tersebut berusaha keluar. Kotak dilengkapi dengan alat
yang bila disentuh dapat membuka kotak puzel tersebut. Selain itu kotak tersebut
juga dilengkapi dengan alat yang dapat merekam gerakan-gerakan kucing dalam
kotak. Alat tersebut menujukan bahwa kucing telah belajar mengulang
gerakan-gerakan sama yang di asosiasikan dengan gerakan-gerakan sebelumnya.
Ketika dia dapat keluar dari kotak tersebut.
Membelokkan Kebiasaan
Ada
perbedaan antara memutus kebiasaan dengan membelokkan kebiasaan. Membelokkan
kebiasaan dilakukan dengan menghindari petujnjuk yang menimbulkan perilaku yang
tak diinginkan. Jika anda mengumpulkan sejumlah besar pola perilaku tak efektif
atau menyebabkan kecemasan, hal terbaik yang bisa dilakukan adalah meningkatkan
situasi itu. Guthrie menyarankan agar anda pergi kesuatu lingkungan baru yang
memberi anda kesegaran baru karena anda tidak punya banyak asosiasi dengan lingkungan
baru itu. Pergi kelingkungan baru akan membuat anda legah dan bisa
mengembangkan pola perilaku yang baru. Tetapi ini hanyalah pelarian parsial
karena banyak stimuli yang menyebabkan perilaku yang tak diinginkan adalah
stimuli internal anda, dan anda karenanya akan membawa stimuli itu ke
lingkungan yang baru. Juga stimuli dalam lingkungan baru yang identik atau
mirip dengan stimuli di lingkungan lama akan cenderung menimbulkan respon yang
sebelumnya di kaitkan dengannya.
Hukuman
Guthrie
mengatakan efektivitas punishment (hukuman) ditentukan oleh apa penyebab
tindakan yang dilakukan oleh organisme yang dihukum itu. Hukuman bekerja baik
bukan karena rasa sakit yang dialami oleh individu terhukum, tetapi karena
hukuman mengubah cara individu merespons stimuli tertentu. Hukuman akan efektif
jika menghasilkan respons baru terhadap stimuli yang sama.
Hukuman
berhasil mengubah perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman menimbulkan
perilaku yang tidak kompitabel dengan perilaku yang dihukum. Hukuman akan gagal
jika perilaku yang disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang
dihukum. Misalnya, anda punya seekor anjing yang suka mengejar-ngejar mobil dan
anda ingin menghentikan kebiasaannya. Gutrie menyarankan, anda mengendarai
mobil dan biarkan anjing mengejarnya. Saat anjing berlari disisi mobil pelankan
kendaraan anda dan tamparlah moncong si anjing.
Dorongan
Drives
(dorongan) fisiologis merupkan apa yang oleh Guthrie dikatakan maintaining
stimuli (stimuli yang mempertahankan) yang menjaga organisme tetap aktif sampai
tujuan tercapai. Misalnya, rasa lapar menghasilkan stimuli internal yang terus
ada sampai makanan dikonsumsi. Ketika makan diperoleh, maintaining stimuli akan
hilang, dan karenanya kondisi yang menstimulasi telah berubah.
Disini
Guthrie kembali menjelaskan bahwa kebiasaan menggunakan alkohol dan narkoba
dengan cara serupa. Misalnya, seorang merasakan ketegangan atau gelisah. Dalam
kasus ini ketegangan dan kegelisahan itulah yang menjadi maintaining stimuli.
Karenanya, ketika di lain waktu orang merasa tegang dan gelisah, dia akan
cenderung minum lagi. Secara bertahap dorongan untuk memakai narkoba atau
minuman keras akan muncul diberbagai situasi dan berubah menjadi kecanduan.
Niat
Respons
yang dikondisikan ke maintaining stimuli dinamakan intentions (niat). Respons
tersebut dinamakan niat karena maintaining stimuli dari dorongan biasanya
berlangsung selama periode waktu tertentu (sampai dorongan berkurang).
Gambarannya,
ketika seseorang lapar dan ada roti di dalam kantor, dia akan memakannya.
Tetapi jika dia lupa membawa bekal makan siang, dia akan berdiri dari kursi,
mengenakan jaket, mencari restoran, dsb. Perilaku yang dipicu oleh maintaining
stimuli inilah yang tampak purposive atau intensional (diniatkan).
Transfer Training
Gutrhrie
dalam hal ini kurang terlalu berharap. Karena pada dasarnya seseorang akan
menunjukkan respons yang sesuai dengan stimuli jika pada kondisi yang sama.
Guthrie selalu mengatakan pada mahasiswa universitasnya, jika anda ingin
mendapat manfaat terbesar dari studi anda, anda harus berlatih dalam situasi
yang persis sama-dalam kursi yang sama-di mana anda akan diuji. Jika anda
belajar sesuatu di kamar, tidak ada jaminan pengetahuan yang diperoleh disitu
akan ditransfer ke kelas.
Saran
Guthrie adalah selalu mempraktikkan perilaku yang persis sama yang akan diminta
kita lakukan nanti,selain itu, kita harus melatihnya dalam kondisi yang persis
sama dengan kondisi ketika nanti kita diuji. Gagasan mengenai pemahaman,
wawasan dan pemikiran hanya sedikit, atau tidak ada maknanya bagi Guthrie.
Satu-satunya hukum belajar adalah hokum kontiguitas, yang menyatakan bahwa
ketika dua kejadian terjadi bersamaan, keduanya akan dipelajari.
D.
Formalisasi
Teori Guthrie Oleh Voeks
Dalam pernytaan ulang Voeks atas teori Guthrie ada 4 postulat dasar, 8
definisi dan 8 teorema. Postulat itu berusaha meringkaskan banyak prinsip
belajar umum dari Guthrie, sedang definisinya berusaha menjelaskan beberapa
konsep Guthriean (seperti stimulus, petunjukn, respon dan belajar), teoremanya
adalah deduksi dari postulat dan definisi yang dapat di uji secara
eksperimental. Voeks menguji sejumlah deduksi dan menemukan sejumlah bukti yang
mendukung teorti Guthrie. Sebagaian besar formalisasi Voeks atas teori Guthrie
dan riset yang dihasilkannya, terlalu komplek untuk dipaparkan disini. Tetapi 4
postulat Voeks sudah cukup meringkaskan dan menjadi contoh dari formalisasi
dari teori Guthrie yng dilakukannya.
Postulat I:Prinsiple of association,(a) setiap pola stimulus yang
pernah mengirimi satu respon, dan atau muncul lebih awal setelah detik atau
kurang, akan menjadi petunjuk langsung yang kuat untuk respon itu. (b) ini
adalah salah satunya cara di mana pola stimulus yang bukan petunjuk untuk
respon tertentu menjadi petunjuk langsung untuk respon itu ( Voeks, 1950, h.
342) .
Postulat II : Prinsiple
of Postremity, (a) suatu stimulus yang mengiringi atau mendahului
dua atau lebih respon yang tidak kompatibel adalah stimulus yang dikondisikan
hanya untuk respon terakhir yang diberi saat stimulus itu masih ada.(b) ini
adalah satu-satunya cara dimana stimulus yang merupakan petunjuk untuk respon
tertentu kini tidak lagi menjadi petunjuk bagi respon itu ( Voeks, 1950, h.
344).
Postulat
III : Prinsiple of Response Probability :
Probabilitas dari kejadian respon tertentu pada waktu tertentu merupakan suatu
fungsi dari proporsi kehadiran stimuli yang adalah petunjuk bagi respon pada
waktu itu. (Voeks, 1950, h.348).
Postulah
IV :Prinsiple of Dynamic Situations. Pola
stimulus dari suatu situasi tidaklah statis tetapi dimodifikasi dari waktu
kewaktu karena ada perubahan dari respon yang diberikan subjek, akumulasi
kelelahan, perubahan reaksi dan proses internal lainnya didalam subjek, serta
karena kadirnya variasi terkontrol dan tak terkontrol dalam stimuli yang ada
saat itu ( Voeks ,1950, h. 350).
Pembaca tidak boleh menyimpulkan bahwa teori belajar Guthrie hanya
menarik secara historis. Seperti yang akan kita diskusikan nanti, saat kita
membahas Villiam K.Estes, salah satu trend dalam teori belajar modern adalah
mengarang kepenggunaan model matematika dalam menjelaskan proses belajar. Teori
belajar Guthrie adalah teori yang member basis untuk model matematika untuk
teori belajar awal dan masih tetap berada di jantung dari sebagaian besar teori
belajar modern.
E.
Pendapat
Guthrie Tentang Pendidikan
Seperti
halnya Thorndike, Guthrie menyarankan proses pendidikan dimulai dengan
menyatakan tujuan, yakni menyatakan respons apa yang harus dibuat untuk
stimuli. Dia menyarankan lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang
diinginkan bersama dengan adanya stimuli yang akan diletakkan padanya. Jadi
motivasi dianggap tidak terlalu penting, yang diperlukan adalah siswa mesti
merespons dengan tepat dalam kehadiran stimuli tertentu.
Latihan
(praktik) adalah penting karena ia menimbulkan lebih banyak stimuli untuk
menghasilkan perilaku yang diinginkan.karena setiap pengalaman adalah unik,
seseorang harus “belajar ulang” berkali-kali. Guthtrie mengatakan bahwa belajar
2 ditambah 2 di papan tulis tidak menjamin siswa bisa 2 ditambah 2 ketika
dibangku. Karena memungkinkan siswa akan belajar meletakkan respons pada setiap
stimuli (di dalam atau di luar kelas).
Mengasosiasikan rangsangan dan respons secara tepat merupakan inti dari
teori belajar yang dibangun oleh Guthrie. Untuk penerapan teori ini dalam
proses belajar mengajar di kelas. Guthrie memberikan beberapa saran bagi guru :
1.
Guru harus dapat mengarahkan performa siswa akan
menjadi apa ketika mempelajari sesuatu. Dengan kata lain , apakah stimuli yang
ada dalam buku atau pelajaran yang menyebabkan siswa melakukan belajar.
2.
Oleh karena itu, jika siswa mencatat atau membaca buku
secara sederhana mereka dapat mengingat lebih banyak informasi. Maka dalam hal
ini buku akan menjadi stimuli yang dapat digunakan sebagai perangsang untuk
menghafal pelajaran.
3.
Dalam mengelola kelas, guru dianjurkan untuk tidak
memberikan perintah yang secara langsung akan menyebabkan siswa menjadi tidak
taat terhadap peraturan kelas. Misalnya permintaan guru agar siswa tenang jika
diikuti oleh kegaduhan dalam kelas akan menjadi tanda (memunculkan stimuli )
bagi munculnya perilaku distruptif.
F. Evaluasi Teori
Guthrie
Kontribusi
Guthrie adalah
unik dalam penegasannya bahwa belajar berasal dari kontinguitas antara stimuli
dan respon dan kontiguitas saja. Bahkan pengulas teori belajar awal (Mueller
& Schoenfeld,1954) menunjukkan pendekatan kontinguitas Guthrie yang
sederhana dapat menjelaskan semua fenomena dasar yang di analisis oleh Skinner
atau Hull. Teori Guthrie amat menarik banyak ilmuwan karena teorinya dapat
menyelaskan proses belajar, penyelapan dan generelisasi, dengan analisis
sederhana sedangkan teori lain menjelaskan hal-hal tersebut dengan cara yang
lebih rumit. Selain itu perluasan teori ini keaplikasi praktis bersifat
langsung dan dijelaskan oleh Guthrie dengan cara yang menyenangkan dan penuh
contoh bukan dengan rumusan-rumusan terapi yang kering.
Meskipun
Teori Guthrie tidak memunculkan banyak riset dan kontroversi sebagaimana teori
skinner dan Hull, namun teorinya menyediakan penjelasan alternatif yang penting
mengenai belajar. Selain itu teorinya berfungsi sebagai pengingat bahwa suatu
teori tidak harus sangan ruwet untuk menjelaskan perilaku yang kompleks.
Seperti kita lihat pada Bab selajutnya William K Estes mampu menyunsun teori
yang berbeda yang berpengaruh hingga 1990an dengan menggunakan unsur-unsur dasar pandangan Guthrie.
Kritik
Ada daya
tarik substansial didalam pandangan yang dapat menjelaskan belajar
penghindaran, belajar imbalan, penyelapan dan lupa dengan prinsip yang sama.
Tetapi, kemudahan penjelasan inilah yang menyebabkan para ilmuwan merasa tidak
nyaman terhadap pandangan Guthrie. Berdasarkan pendapat Popper yang prihatin
dengan teori-teori yang tampaknya dapat menjelaskan segala sesuatu, kita
mencatat bahwa ada situasi dimana ada situasi dimana pendapat Guthrie menjadi
ambigu dan terlalu pengampangkan penjelasan terlalu banyak fenomena (Mueller
& Schoenfeld,1954).
Mueller & Schoenfeld,(1954) juga menunjukkan bahwa meskipun Guthrie
mengkritik metodelogi ekperimental yang buruk dan bahasa yang ambigu didalam
teori lain, namun dia tidak menetapkan standar ini ke dalam teorinya sendiri.
Eksperimen (Guthrie & Horrton) yang disajikan dalam bukti teori, adalah
contoh yang dikritik Mueller & Schoenfeld. Moore & Stuttard (1979)
menunjukkan bahwa, seperti keluarga kucing lainnya termasuk kucing peliharaan,
kucing dalam eksperimen Guthie dan horrton melakukan perilaku mengosok dan
mengendus yang bersifat naluriah dan biasanya dilakukan saat kucing menyambut
kucing lain yang dikenalinya atau manusia yang dikenalinya mereka mengamati
bahwa kucing menunjukkan perilaku stereotip yang konsisten seperti yang
dilaporkan oleh Horton dan Guthrie (1946) bahkan ketika tindakan
mengosok-gosokan badanya ketuas tidak menghasilkan penguatan dan perubahan
dalam kondisi stimuli apapun.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Hukum
belajar yang dikemukakan oleh Guthrie adalah hukum kontiguitas (law of
contiguity). Gutrie menganggap, penguatan mengubah kondisi yang menstimulasi,
dan karenanya mencegah terjadinya nonlearning. Hukuman berhasil mengubah
perilaku yang tidak diinginkan karena hukuman menimbulkan perilaku yang tidak
kompitabel dengan perilaku yang dihukum. Hukuman akan gagal jika perilaku yang
disebabkan oleh hukuman selaras dengan perilaku yang dihukum. Seperti halnya
Thorndike, Guthrie menyarankan proses pendidikan dimulai dengan menyatakan
tujuan, yakni menyatakan respons apa yang harus dibuat untuk stimuli. Dia
menyarankan lingkungan belajar yang akan memunculkan respons yang diinginkan
bersama dengan adanya stimuli yang akan diletakkan padanya. Jadi motivasi
dianggap tidak terlalu penting, yang diperlukan adalah siswa mesti merespons
dengan tepat dalam kehadiran stimuli tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar